A.
Sinopsis
Dikisahkan
pada suatu zaman di daerah Pantai Utara Jawa Tengah di sebuah wilayah yang
bernama Kabupaten Jepara, hiduplah sebuah keluarga yang menggantungkan hidupnya
dari hasil melaut menjadi seorang nelayan. Dan disana hiduplah seorang gadis
yang baru berumur 14 tahun, orang-orang disana menyebutnya sebagai Gadis Pantai
memiliki kulit berwarna kuning langsat dan hidung sederhana. Dan suatu hari
Gadis Pantai pun dengan ditemani Keluarga dan warga-warga Kampung nelayan
menuju Kota, dengan memakai kebaya dan segala aksesoris dari orangtuanya dengan
menaiki dokar, mereka menuju kota, dan tibalah mereka disana disebuah rumah
seorang bangsawan yang besarnya seperti gedung merekapun diizinkan masuk oleh
pelayan disana, setelah mereka sampai sang kepala kampung pun dipanggil oleh
sang empunya rumah, orang-orang memanggil beliau dengan sebutan Bendoro, disana
komunikasi selain bahasa Jawa selayaknya bangsawan pada masa penjajahan Belanda
merekapun bisa berkomunikasi dalam Bahasa Belanda, dan setelah berkonsolidasi
cukup lama dan Gadis pantai pun resmi bersuami seorang Bendoro setelah itu
warga kampung pun pulang terkecuali Bapak dan Emak Gadis Pantai mereka harus
tinggal disana untuk beberapa waktu untuk menemani Gadis Pantai untuk
beradaptasi. Disana ada seorang bujang wanita yang sudah tua yang diperintahkan
oleh Bendoro untuk menemani sang Gadis Pantai dan semenjak itu nama Gadis
Pantai pun berubah layaknya nama bangsawan lainnya menjadi Mas Nganten. Selaa
beberapa hari disana Gadis Pantai sangat jarang bertemu dengan orangtuanya dan
ditempat itu ia hanya dikamr saja dan dia sering menangis, setelah beberapa
hari ini disana orangtua Gadis Pantai pun pulang ke kampungnya yang sebelumnya
Bapaknya telah pulang lebih dahulu baru Emaknya pulang.
Disana
sang Gadis Pantai ditemani oleh sang Bujang, disana Gadis Pantai selalu
bertanya kepada Bujang itu, dan Bujang itu langsung menjawab. Pekerjaan Bujang
itu adalah melayani segala kebutuhan Gadis Pantai dari Siang sampai Malam
hingga dia selalu tertidur dibawah dan Gadis Pantai tidur diatas maka dari itu
Gadis Pantai tidak bekerja selama itu dan dia juga melakukan perawatan agar
tubuhnya menjadi halus seperti para Bangsawan selama setahun, selain melayani
Bujang pun mengajari sang Gadis Pantai
untuk bertindak dan mengetahui tentang tatanan bangsawan. Suami Gadis Pantai,
Bendoro adalah orang yang sangat sibuk dia jarang sekali untuk pulang kerumah
dikarenakan pekerjaanya. Dan suatu malam sang Bendoro akhirnya masuk kedalam
kamar Gadis Pantai disana Gadis Pantai bertanya-tanya dan Gadis Pantai merasa
bosan dengan keadaan maka dari itu Bemdoro pun memberikan Gadis Panatai
berbagai Guru dari guru mengaji hingga guru membatik. Gadis Pantai dikampungnya
tidak pernah diajari untuk menjalankan kewajiban dalam beribadah, dan suatu
hari sang Bendoro mengajak dan mengajari dia untuk Solat dan diajarilah dia
tentang pengetahuan agama. Sang Gadis Pantai pernah ditanya tentang apakah dia
rindu sanak keluarganya dikampung tetapi sang Gadis Pantai menjawab tidak demi
menyenangkan hati Bendoro, suaminya. Tak terasa sudah 2 tahun dia tinggal
disana dan sekarang dia berumur 16 tahun ditempat itu dia sebagai pengatur
urusan rumah tangga. Pada suatu hari kamar Gadis Pantai dibersihkan oleh para
Adam-adam dari Bendoro dan setelah itu terkejutlah dia bahwa dompet dia yang
berisi uang keperluan rumah tangga telah hilang dari lemarinya, dan dia
memberitahukan hal ini kepada Bujang nya dan mereka berdua sepakat untuk
melakukan suatu interograsi kepada Adam-adam tetapi hal itu sia-sia karena mereka
bertiga tidak ada yang mengakui malah diancam balik, dan sangat terpaksa hal
ini dilaporkan kepada sang Bendoro dan dia melakukan interograsi dan akhirnya
ada yang mengakui perbuatannya, dan Adam itu pun diusir dari rumah termasuk
sang Bujang karena alasan dia harusnya berbakti bukan menuduh orang dan Gadis
Pantai merasa sedih luar biasa karena Bujang itulah yang selalu menemani hari-harinya
selama 2 tahun ini hingga dia sudah mengetahui tentang tatanan, sang Gadis
Pantai mencoba meminta maaf tetapi sayang hal itu tidak dikabulkan oleh
Bendoro, suaminya.
Beberapa
hari kemudian, sang Gadis Pantai mendapatkan Bujang baru bernama Mardinah yang
berumur 14 Tahun dari Demak dan ternyata dia sudah berstatus janda, Mardinah
ini berperawakan Bulat Kepalanya, dan bibirnya seperti bawang dalam cobek ya,
kecil imut. Sang Bujang Mardinah bebeda dengan Bujang sebelumnya dia lebih
merasa bahwa dirinya lebih tinggi dari Gadis Pantai dan dia sering menyindir
Gadis Pantai dan hati Gadis Pantai selalu panas hatinya, tetapi selalu
diredamnya. Pada suatu kesempatan sang Bendoro pun pulang dari pekerjaannya
setelah pergi beberapa hari, dan Gadis Pantai bertanya apakah gerangan
pekerjaan Bendoro itu, lalu dijawab. Dan Gadis Pantai juga mengutarakan
keinginannya untuk pulang kampung dan Bendoro mengizinkannya dan sang Gadis
Pantai diberi uang untuk membelikan peralatan dan makanan bagi keluarganya,
ditemani Mardinah dia pergi ke Kampung dengan dokar, selama perjalanan sang
Gadis Pantai pun mengajak ngobrol sang Kusir dan tertawa, dan hal itu tidak
disenangi Mardinah, Bujangnya Gadis Pantai. Mereka tiba disana diwaktu gelap
hari dengan berjalan kaki untuk melanjutkan perjalanan tibalah merka di kampung
nelayan dan Gadis Pantai disambut dengan meriah disana dan merekapun melakukan
pesta, dan Mardinah disana hanya mengeluh beberapa kali dia diajak untuk pulang
dia tidak mau dan akhirnya dia pun pulang dengan sang kusir yang mengantar
mereka disana Gadis Pantai merasa senang tetapi sedih juga karena dia merasa
asing di kampungnya sendiri, dan disana tiba-tiba ada seseorang bernama Mak
Ipin dan saat Gadis Pantai melihat ternyata Mak Ipin adalah seorang lelaki yang
menyamar dan diketahui nama aslinya Mardikun asli Demak, dan setelah mereka
lihat secara seksama ternyata Mardikun mirip dengan Mardinah dan mereka
berasumsi bahwa ada suatu hubungan, dan Mardikun pun di tenggelamkan di tengah
lautan. Beberapa hari kemudian Mardinah menjemput sang Gadis Pantai dan membawa
3 pengawal dan sang kusir dokar, selama sang Bujang menghendaki Gadis Pantai
pulang, para lelaki berdiskusi. Dan beberapa waktu kemudian terdengarlah suara
yang berkata ada Pembajak dan Gadis dan Mardinah pun diselamatkan oleh warga
kampung karena ini hanya siasat untuk menginterograsi Mardinah. Kuda-kuda
disembunyikan, pengawal pun disembunyikan dan sang Kusir pun pulang dengan
ceritanya tentang pembajakan ke kota dengan berjalan kaki, setelah itu Mardinah
dan Gadis Panatai pulang dan mereka menceritakan cerita bohong dan sang Bapak
pun memulai penelusuran dia terhadap Mardinah, dan dia mengaku nahwa dia hanya
disuruh oleh Bendoronya di Demak, dan sebagai hukumannya dia dikawinkan kepada
Dul, sang lelaki pendongeng dengan rebana yang terkenal sebagai lelaki pemalas.
Gadis
Pantai pun kembali ke kota disana dia kembali bertemu dengan Bendoronya dan
para penghuni rumah lainnya. Dan Bendoro memerintahkan Gadis Pantai pun
berbenah rumah karena akan ada tamu dari Demak yaitu seorang perempuan dan hati
sang Gadis Pantai pun merasa berdegup bahwasannya ternyata itu adalah
Bendoronya Mardinah. Disaat Gadis Pantai melalukan pekerjaanya dia merasa
kurang sehat dalam tubuhnya, dan dia memerintahkan para Bujangnya untuk
melanjutkan pekerjaanya, dan setelah ditelusuri ternayata sang Gadis Pantai
telah hamil dan selama 3 bulan lamanya dia hanya berbaring lemas di kasurnya
dan dia merasa malu kepada orang kampung nelayan karena wanitanya saat hamil
tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Setelah 9 bulan menunggu
akhirnya sang Gadis Pantai melahirkan anak perempuan yang ternayata kelahirannya
tidak diingini oleh Bendoro, suaminya. Keesokan harinya sang Bapak dipanggil
dari kampung dan langsung menuju bayi Gadis Pantai lalu merekapun bertemu, dan
sesaat kemudian dia di panggil oleh Bendoro, dan setelah itu Bapaknya keluar
menuju kamar Gadis Pantai diberitahunya bahwa dia telah diceraikan suaminya dan
dilarang untuk menginjakkan kakinya ke kota itu lagi dan Gadis Pantai sangat
sedih, dia ingin membawa bayinya dan apadaya itu dilarang Bendoro, dan dengan
berat hati dia pulang bersama Bapaknya dengan menaiki Dokar itu selama
perjalanan dia menangisi sang Bayi dan dia bertanya-tanya kepada Bapaknya dan
tak terasa mereka sudah sampai di pos pemberhentian dan saat itu juga sang
Gadis Pantai berubah pikiran dia ingin kembali ke Kota dan menuju ke kampung
halaman Bujangnya dahulu sebelum Mardinah ke Blora, dengan meminta izin kepada
Bapaknya dia pun diizinkan untuk merantau walau dengan perasaan berat hati dan
bingung apa yang akan dikatakan kepada Emaknya Gadis Pantai, istrinya. Dengan
bermodalkan sedikit uang dari Bapaknya uang pemberian Bendoro atas ganti rugi
terhadap anaknya dan Gadis Pantai pun meminta Bapaknya untuk membelikan Perahu
Nelayan buatan Lasem dan menganggap perahu itu sebagai penggantinya, dan Gadis
Pantai pun dengan dokar itu kembali ke kota menuju daerah Blora selama sebulan
itu dirumah Bendoro terlihat sosok yang sedang mengintip di Jendela tetapi saat
itu juga sosok itupun hilang.
B.
Komentar
1. Kelebihan :
·
Novel ini menggunakan sudut pandang
orang ketiga serba tahu yang disaat kita membaca novel ini kita dapat
mengetahui bagaimana keadaan yang terjadi dalam Novel itu.
·
Novel ini memakai berbagai
perumpamaan-perumpamaan agar kita dapat mengetahui maksud dari penulis terhadap
adegan-adegan yang terjadi dalam novel.
·
Novel ini berkisah tentang kehidupan
seorang priyayi pada masa penjajahan Belanda, dan kita dapat mengetahui
bagaimana kehidupan para Bangsawan di zaman kolonial tersebut.
2.
Kelemahan :
·
Novel ini pada saat bagian akhir (ending) dirasa menggantung alur
ceritanya karena tidak diceritakan selanjutnya bagaimana kisah sang Gadis
Pantai apakah berakhir sedih atau bahagia.
3.
Kesimpulan :
·
Novel ini sangat direkomendasikan untuk
memperkaya pemikiran kita dalam emansipasi perempuan. Buku ini bisa
menggambarkan bagaimana kondisi seorang perempuan dihadapkan dengan berbagai
masalah dan tekanan hidup dalam rumah tangganya. Sosok Gadis Pantai sendiri
bisa dijadikan contoh, baik bagi perempuan dalam menentukan sikap hidupnya,
atau laki-laki dalam memperlakukan seorang perempuan sebagai pendamping
hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar :)
-Kritik dan Saran membangun saya-