A.
LATAR BELAKANG
Novel Sastra Klasik Zaman Balai Pustaka,
“Salah Asuhan” karya Abdul Moeis ini berlatar belakang mengenai sebuah
kehidupan di daerah Sumatera Barat dan Betawi. Novel ini mengisahkan bagaimana
kehidupan antara orangtua dan anak, kehidupan percintaan, dan hubungan sosial
antar-sesama manusia. Beberapa poin latarbelakang yang menjadi penggambaran
mengenai zaman tersebut yang secara tersirat maupun tidak tersirat didalam novel
ini adalah :
v Menceritakan mengenai sebuah masyarakat yang senang
berkumpul dari segala etnis maupun bangsa.
v Menceritakan kehidupan persahabatan dari masa kanak
– kanak, dan menjadi sebuah percintaan antara warga Pribumi dengan bangsa
Eropa, mereka senang sekali melakukan diskusi bersama.
v Zaman itu Pribumi dengan Eropa memiliki peraturan
yang tidak tertulis mengenai etika berhubungan antar golongan masyarakat yang
tidak bebas dalam melakukan interaksi, tidak dengan Hanafi dan Corrie, padahal
Corrie sudah mengingatkan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
v Kegiatan berburu hewan liar sudah ada, lalu hasilnya
dijual untuk diolah.
v Zaman itu seorang Gadis Eropa cantik menjadi rebutan
banyak lelaki.
v Ada sebuah pandangan negative antara bangsa Pribumi terhadap
bangsa Eropa, begitu sebaliknya.
v Seseorang Pribumi yang sudah berpendidikan Belanda
seperti Hanafi pun memandang rendah bangsanya sendiri.
v Kaum – kaum terpelajar pada masa itu sudah
mengetahui hal – hal yang filosofis dan sosiologis dalam sudut pandang Belanda
yang diajarkan di sekoah – sekolah.
v Saat kita bingung dalam memilih biasanya untuk
menentukan pilihan tersebut dengan menghitung kancing atau dengan mendengar
bunyi tokek sudah ada.
v Sudah terjadi hal – hal yang tidak sesuai dengan
norma kesusilaan yang berlaku.
v Komunikasi jarak jauh menggunakan kegiatan surat –
menyurat.
v Hal – hal mengenai kepercayaan akan pengobatan oleh
Dokter sudah ada, walaupun tidak semua karena masih ada yang percaya kepada
Dukun.
v Menceritakan mengenai seseorang yang selalu
menyakiti hati sang Ibu dan Istri pertamanya, dan rela meninggalkan Ibu, Istri,
dan Anaknya demi menikah dengan Istri yang sudah menjadi sahabat lamanya itu.
v Pada masa itu terjadi kegiatan Perjodohan sebagai
bentuk balas budi antar-keluarga.
v Untuk pengobatan penyakit yang serius harus
dilakukan dikota besar, yaitu Betawi.
v Terdapat penggunaan beberapa Bahasa Belanda yang
menjadi serapan dalam Bahasa Indonesia.
v Perceraian dengan bangsa Pribumi bisa dilakukan
dengan hanya talak atau pernyataan bercerai dengan surat, tetapi apabila dengan
bangsa Eropa dilakukan di Pengadilan.
v Kepercayaan akan hal – hal yang bersifat takhayul
sudah berkembang.
v Masa tersebut para kaum Pribumi yang tidak merasakan
bangku sekolah tidak bisa membaca dan menulis huruf Latin, tetapi bisa membaca
tulis dengan huruf Arab yang diajarkan pada kaum tersebut.
v Perubahan dan Persamaan status kaum Pribumi menjadi
Bangsa Eropa dapat dilakukan dengan seizin Pemerintah kolonial Belanda.
v Sifat – sifat tidak ingin kalah terjadi saat ini,
dikarenakan iri hati.
v Trnsportasi yang digunakan pada masa itu untuk jarak
dekat adalah Kereta Angin dan Oto, lalu untuk jarak jauh menggunakan Kereta Api
dan Kapal Api.
v Menggambarkan kedua sejoli yang tidak mendengar
nasehat Orangtua nya dan mereka pun menyesali perbuatannya.
v Terdapat peraturan adat yang berlaku apabila
seseorang kaum Minangkabau telah diakui menjadi bangsa Eropa, apabila ia wafat
tidak boleh dilakukannya dikuburkan di Kampung Halaman harus dikuburkan di
kuburan Belanda sebagai konsekuensi atas perbuatannya.
B.
PANDANGAN TERHADAP NOVEL
Novel Sastra Klasik Zaman Balai Pustaka, “Salah
Asuhan” karya Abdul Moeis ini ditulis oleh sang penulis untuk mengkritik orang
– orang Borjuis yang sudah bergaya Kebarat – baratan dan seakan – akan lupa dengan
asal – usulnya dan dalam novel ini soal adat masih dia singgung dan
menghadirkan suatu masalah dalam novel yaitu kawin campur antarbangsa dengan
perbenturan mengenai nilai – nilai
tradisi Timur dan tradisi barat dengan berbagai macam pertentangan yang
ada.
Menurut
pandangan saya mengenai novel ini adalah mengguanakan perumpamaan –
perumpamaan, dan kita seolah – olah dapat membayangkna dan masuk kedalam
situasi tersebut. Lalu banyak nilai – nilai moral dan nilai kehidupan yang kita
dapat ambil hikmahnya yaitu :
v Sebenci – bencinya seseorang akan tanah airnya, pada
akhirnya dia akan merindukan tanah airnya itu.
v Tingkah laku seseorang yang membuat sakit hati sang
Ibu Kandung akan kena imbasnya pula akibat ulahnya tersebut.
v Persahabatan yang sesungguhnya adalah persahabatan
dalam keadaan senang mamupun keadan susah.
v Ilmu dan pengetahuan belumlah cukup apabila tidak
disertai dengan paham akan ilmu dan pengetahuan tersebut.
Dan adapula beberapa pandangan saya yang
lain mengenai novel ini, yaitu dalam Novel
ini menggunakan tatanan kalimat Berbahasa Melayu Klasik yang terkadang
tidak dipahami oleh saya sebagai pembaca novel ini. Kemudian novel ini juga
menggunakan kata – kata Berbahasa Belanda pada beberapa bagian ada dalam
kalimat berbahasa Belanda itu dijelaskan artinya secara Berbahasa Indonesia,
dan adapula yang tidak yang mengakibatkan saya sebagai pembaca tidak mengerti
arti dan maksud dari bacaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar :)
-Kritik dan Saran membangun saya-