Haiii world, jumpa lagi dalam Blog saya yang semakin berkembang ini haha :D....selamat 2016 ya kawan, semoga yang kalian semogakan dapat terwujud ya. Khususnya gue yang 2016 ini akan keluar IP nya *teringat akademik* dan akan lengser serta (entah) naik lagi di Organisasi yang di "Rumah" atau di "Rantauan" *keinget Organisasi* aaahhh Tuhan tolong.... #NP:LumpuhkanIngatanKu *Curahan Hati* ahsudahlaah kan gue gamau bahas begonoan, oke by the way in the busway (?) hari ini gue akan posting mengenai Filsafat Cina yang kebetulan itu adalah tugas gue, daripada cuma jadi sesuatu yang tak bermanfaat di Laptop mending di Posting hehe
*Kalau mau Copas inget cantumkan sumber Blog ini, biar makin VAROKAH*
Oke, apa yang lau pikirkan ketika lau mendengar FILSAFAT??? Kalo kata wikipedia Filsafat itu....
" Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar.Filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir, dan logika bahasa. "
Kalo mendengar kata Cina? apa yang ada dibenak lau? Lagi-lagi kalo kata Wikipedia Cina atau kalo sekarang disebut Tiongkok itu...
" Republik Rakyat Tiongkok (Hanzi Sederhana: 中华人民共和国; Hanzi Tradisional: 中華人民共和國; Pinyin: Zhōnghuá Rénmín Gònghéguó, disingkat Tiongkok; sejak 28 Juni 1967 hingga 14 Maret 2014 juga disebut Republik Rakyat Tiongkok/RRT atau Republik Rakyat Cina/RRC, literal: Republik Rakyat Tionghoa) adalah sebuah negara yang terletak di Asia Timur yang beribukota di Beijing. Negara ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia (sekitar 1,35 milyar jiwa) dan luas wilayah 9,69 juta kilometer persegi, menjadikannya ke-4 terbesar di dunia. Negara ini didirikan pada tahun 1949 setelah berakhirnya Perang Saudara Tiongkok, dan sejak saat itu dipimpin oleh sebuah partai tunggal, yaitu Partai Komunis Tiongkok (PKT). Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara komunis, kebanyakan ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tahun 1980-an. Walau bagaimanapun, pemerintah masih mengawasi ekonominya secara politik terutama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap menjadi pemerintahan satu partai. "
Nah karena Cina/Tiongkok ada di Asia, tepatnya di Timur maka.... Lagi... Lagi... Kata Wikipedia Filsafat Timur itu adalah.
" Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Republik Rakyat Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama pada Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. "
Nah udah kebayang belum Filsafat Cina kayak gimana? Belom? Yaudah deh karena gue baik hati nih ceritanya... Check This Out...
MEMAHAMI
FILSAFAT
Untuk
memahami apa itu Filsafat kita akan mulai dengan Ilmu dan Pengetahuan.
Pengetahuan itu dimulai dengan rasa ingin tahu dan filsafat dimulai dengan
kedua-duanya. Ilmu merupakan Pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah
dasar sampai pendidikan lanjutan. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah kita tahu dan yang belum kita tahu dengan rendah hati bahwa semuanya
akan kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini dan dengan
filsafat kita dapat mengoreksi diri, dan berterus terang kepada diri kita
sendiri. Pokok permasalahah yang dikaji filsafat adalah logika, etika, dan
estetika. Cabang filsafat yang saat ini berkembang adalah Filsafat pengetahuan,
filsafat moral, filsafat seni, metafisika, filsafat pemerintahan, filsafat
agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah,
dan filsafat matematika[1].
Filsafat tidak dapat terpisahkan dengan tiga unsur yang membentuk filsafat itu
yaitu ada Ontologi yaitu Hakikat apa yang dikaji, lalu ada Epistemologi yaitu
cara mendapatkan pengetahuan yang benar, dan yang terakhir adalah aksiologi
yaitu nilai kegunaan ilmu.
MEMAHAMI
FILSAFAT SEJARAH
Dalam
menunjang proses pembelajaran Sejarah Asia Timur, yaitu dengan Filsafat Cina.
Karena mahasiswa sejarah ketika membahas mengenai filsafat Cina ada baiknya
kita juga memperhatikan apa itu Filsafat Sejarah, yang merupakan sebuah ilmu
pendukung yang membantu kita agar menjadi lebih bijak dalam sejarah, apa lagi
pada Program Studi Pendidikan Sejarah yang akan terjun ke masyarakat untuk
mengajarkan peserta didik, jadi Filsafat Sejarah sangat dibutuhkan, baru kita
akan membahas mengenai Filsafat Cina. Menurut Romein Teori/Filsafat Sejarah
adalah untuk menyajikan teori dan konsep yang memungkinkan seorang ahli Sejarah
mengadakan integrasi terhadap semua pandangan fragmentaris mengenai masa silam
yang mempunyai tugas menyusun kembali kepingan masa silam sehingga kita dapat
mengenali wajah aslinya, akan tetapi Filsafat Sejarah tidak mengajarkan
bagaimana pengkajian sejarah harus dilakukan, akan tetapi Filsafat sejarah
dapat menawarkan pengertian mengenai untung ruginya berbagai pendekatan
terhadap masa silam dan menjadikan kita waspada terhadap pendapat keliru
mengenai tugas dan tujuan pengkajian Sejarah[2].
ALAM PIKIRAN
BANGSA CINA SECARA UMUM
Kedudukan Filsafat dalam peradaban Cina
bisa disamakan dengan kedudukan agama pada peradaban-peradaban lai. Di Cina
Filsafat seklalu menjadi perhatian bagi setiap orang yang terdidik, karena pada
zaman dahulu pendidikan pertama yang ia terima adalah Filsafat, mereka
diajarkan Untaian ajaran Confucius, Buku Mencius, Pelajaran Agung, dan Doktrin
Jalan tengah keempat buku itu merupakan buku penting penganut paham
neo-Confucianisme. Menurut filsuf Cina prestasi yang tertinggi yang dapat
dicapai oleh manusia adalah prestasi ketika manusia menjadi bijaksana yang
mampu mengidentifikasi dirinya dengan alam semesta. Banyak orang yang
menyatakan bahwa Filsafat Cina adalah filsafat dunia ini yang sulit untuk
menegaskan apakah benar atau salah, tetapi dalam Filsafat Cina yang terlalu
filsofis mmebuat Filsafat Cina kadang kurang dimengerti maknanya, dikarenakan
memang ada perbedaan bahsa yang dimengerti, yang berbeda dengan orang
kebanyakan[3].
Ada banyak keyakinan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari komunitas Cina,
beberapa keyakinan itu terkait dengan kewajiban-kewajiban religious atau dengan
misteri keberuntungan di masa depan, lainnya terkait dengan hal-hal yang
dianggap orang kain sebagai tahayul tanpa basis faktual, selain mencari
peruntungan duniawi di masa datang, tujuan utama orang Cina adalah memelihara
sehangat dan sebahagia mungkin hubungan dengan arwah-arwah orang mati[4].
Selama satu abad terdapat dua cara hidup
dan berpikir bangsa Cina yaitu cara berpikir secara orang-orang barat, dan cara
berpikir secara asli dari nenek moyang mereka, kedua cara ini saling
berpengaruh terhadap perkembangan Cina, ratusan tahun yang lalu bangsa Cina
lebih menyukai cara hidup seperti nenek moyang mereka dan mereka berpikir
sebagai bangsa yang unggul dalam berbagai hal, akan tetapi hal itu bertolak
belakang pada akhirnya mengizinkan bangsa lain memasuki wilayahnya, dan
memengaruhi kejiwaan mereka. Dalam beberapa hal bangsa Cina mempunyai kemampuan
yang kurang baik dibanding bangsa lain, mereka awalnya berpikir mereka unggul
dan bangsa barat dikatakan sebagai bangsa biadab akan tetapi mereka ternyata
salah malah bangsa barat memilki kelebihan. Orang Biadab dari Eropa itu
diketahui mempunyai kelebihan di Medan perang, akan tetapi belum tentu jauh
lebih baik dari Romawi, dan bangsa yang dekat dengan alam seperti Eskimo yang
mempunyai pengetahuan mengenai satwa. Bangsa Cina jauh lebih menghargai yang bersifat
kejiwaan. Komunisme jauh lebih mirip filsafat barat pada umumnya dibanding
pemikiran tradisional yang digantikannya di Cina, akan tetapi mereka tidak
bersekutu baik dengan bangsa barat, padahal bangsa barat telah banyak dibantu
oleh bangsa barat akan tetapi mereka malah melawan bangsa barat juga, dan
banyak yang berkesimpulan bangsa Timur penuh dengan teka-teki rahasia. Bangsa
Cina menentang demokrasi barat, dan berbalik menjadi Komunis dikarenakan
revolusi yang dilakukan rakyat Cina, dikarenakan tertindas dan terpersok dalam
jurang kemiskinan, akan tetapi yang lebih menjadi alasan karena kaum
cendikiawan yang berhasrat untuk mempunyai kedudukan yang tinggi, terhormat
dipandang bangsa lain. Mereka menganggap filsafat barat yang baik dalah
komunis, dan mereka menjadikan paham itu untuk digunakan di negara Cina, bahkan
partai komunis Cina dikatakan sebagai ahli waris kecendikiaan para pemikir Cina
masa lampau. Bangsa Cina berhubungan jarang berhubungan dengan permesinan,
namun kebanyakan bangsa Cina menerima alat-alat yang dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka. Ciri khas pandangan Cina adalah yang diutamakan bukanlah
ketentuan ilahi yang tegas atau ajaran kefilsafatan, melainkan manusia seorang,
dan tidak mengutamakan keanggunan lahiriah atau kesejahteraan material, akan
tetapi keadaan kejiwaannya. Kebanyakan filsuf Cina menghasilkan pemikiran yang
dihadapi manusia secara tetap, dan suatu masalah yang kita hadapi pada masa
ketika masalah itu ditulis, karena dunia ini semakin rumit maka dampak tekanan
terhadap jiwa manusia menjadi suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan, orang
Cina menjadi manusia yang mencari cara memungkinkan merela hidup bersama orang
lain, tanpa tersaingi oleh mereka, dan hidup didunia tanpa ditekan oleh dunia.
Peradaban Cina merupakan peradaban yang berbeda dengan peradaban kita, dalam
berbagai hal peradaban kita lebih tinggi daripada peradaban Cina, akan tetapi
diberbagai hal yang lain peradaban Cina lah yang memiliki peradaban yang tinggi
dibanding peradaban kita. Dengan demikian kita dapat katakan memandang bangsa
Cina sebagai suatu laboratorium sosial besar, yang ada didalamnya selama tiga
ribu tahun sejarah yang tercatat, pria dan wanita mengerjakan hal-hal dengan
gagasan-gagasan serta lembaga-lembaga
yang sering berbeda dari hal-hal yang kita kerjakan dan akan membahas untuk
mengetahui sesuatu yang berlangsung sampai sekarang dan mengetahui maknanya[5].
Orang Cina memandang alam bukan sebagai rangkaian yang mati, tapi sebagai
organism yang hidup dan bisa bernafas. Mereka melihat rantai emas kehidupan
spiritual yang membentang di setiap bentuk eksistensi dan mengikat, sebagaimana
sistem dalam tubuh organism hidup dan apa saja yang berada antara langit dan
bumi[6]
PENGAJARAN CONFUCIUS
Confucius lahir pada 551 SM di Negara Lu
disuatu daerah yang kini menjadi Propinsi Shantung. Dengan kesederhanaannya
menjadikan dia hidup lebih dekat dengan rakyat dan kaum bangsawan. Ia
berkeyakinan bahwa meskipun patut disesalkan, namun ada masa yang mengharuskan
digunakannya kekerasan oleh manusia-manusia yang bermoral untuk mencegah tidak
perbudakan yang satu-satunya sebagai cara penyelesaian terakhir. Dia menjadi
sosok yang suka berbicara dan memberikan pengajaran kepada khalayak ramai,
hanya di kelompok kecil saja dan dia memiliki daya tarik yang luar biasa.
Alasan kuat mengapa Confucius menyimpang dari pola sekolah tradisonal
dikarenakan Confucius mengharapkan para muridnya agar memainkan peranan yang
dinamik untuk merombak pemerintahan manapun yang mereka ikut ambil bagian di
dalamnya dan membuat agar memenuhi kebutuhan rakyat. Ia mengupayakan muridnya
menjadi chun tzu dan memilih muridnya tanpa memandang kedudukan calon muridnya,
dan muridnya yang paling miskin sekalipun akhirnya menjadi seorang penjabat
yang memiliki pengaruh yang tinggi dan membuktikan bahwa Confucius menyiapkan
pendidikan yang siap dalam terjun ke pemerintahan dengan
pengajaran-pengajarannya. Walau tidak memandang kedudukan Confucius sangat
memperhatikan kemampuan akal dalam pemilihan muridnya, karena ia ingin yang
berkedudukan rendah juga dapat menjadi Chun Tzu. Ia mengajarkan kepada muridnya
bahwa ketika muridnya bertemu dengan rakyat atau orang lain jadikan itu seperti
sebuah sesuatu yang sakral dan terhormat, dan pengajaran itu berbeda sekali
dengan yang dilakukan oleh kaum ningrat. Seluruh sistem etika dan filsafatnya
memang berdasar pada apakah hakikat manusia itu sendiri yaitu sebagai makhluk
sosial. Konsepsi Tao sebagai jalan/cara dalam berperilaku (baik/buruk)
merupakan jalan yang seharusnya diikuti manusia, manusia dapat memperbesar
jalan, tetapi jalan itu tidak dapat memperbesar manusia ialah suatu jalan/cara
bertindakan, merupakan suatu tindakan yang dijiwai oleh cita-cita keadilan yang
merupakan suatu yang beragam sesuai dengan orang seorang dan keadaan fungsi
jalan hampir sama dengan fungsi “Iman” bagi orang Kristen. Ia beranggapan
sajian korban secara tradisional seyoginya dilakukan dan dia menentang korbanan
manusia dan akhirnya praktik itu dapat berkurang. Ia mengklaim tidak mengambil
kebenaran yang dalam dan meraba kebenaran dengan analisa untuk mencapai
pemahaman banyaklah mendengar, saringlah mana yang baik dan ikutilah. Banyaklah
melihat dan ingatlah. Confucius lebih dekat kepada hal yang konkret[7].
Confucius dalam sejarah Cina telah
diakui sebagai orang yang berpengetahuan sangat luas ia memandang dirinya
sebagai sebagai pewaris dan pelestari peradaban kuno, dan dipandang demikian
juga oleh sejumlah orang yang hidup sezaman dengannya, walau secara Historis ia
dipandang hanya sebagai seorang Guru saja, setelah masa-masa kedepannya sesuai
perkembangan waktu Confucius dikenal sebagai Sang Guru (yang kedudukannya lebih
tinggi daripada Guru, sang Guru dapat diibaratkan merupakan guru tunggal yang
besar). Di masa Confucius pula Cina kembali menghadapi perubahan ekonomi dan
sosial yang sangat luar biasa[8].
PENGAJARAN MAO
TZU
Mon Tzu melepaskan diri dari
Confusianisme dan mendirikan mazhabnya sendiri, tetapi dalam banyak pandangan
mereka sepakat dengan Confusianisme. Mo Tzu dan Confusianisme sama kurang
sekali menaruh perhatian untuk mengajar orang berpikir sendiri, daripada
Confucius, dan lebih menaruh perhatian untuk membentuk aturan tetap yang harus
mereka ikuti. Para penganut Moisme dikemudian hari dalam tulisannya mengenai
dialektika menolak banyak aturan dan dalil yang dikemukakan para penganut
Dialektika. Ajaran Mo Tzu kurang mempunyai daya tarik yang tahan lama bagi
bangsa Cina. Meskipun Mo Tzu memberi sumbangan penting bagi berkembangnya minat
terhadap logika, namun penalarannya sendiri tidak logis serta aneh[9]. Disamping
sanksi-sanksi keagamaan, pengajarannya juga mengenai sanksi-sanksi Politik yang
menguraikan teorinya tentang asal mula negara ia berpendapat bahwa otoritas
penguasa sebuah negara berasal dari dua sumber yaitu kehendak rakyat dan
kehendak Tuhan, tugas utama penguasa adalah mengawasi segala aktivitas rakyat,
memberikan ganjaran kepada orang yang mempraktikan kasih semesta, dan hukuman
bagi yang tidak menjalankannya. Negara harus menjadi totaliter dan otoritas
penguasa yang mutlak, karena menurutnya negara itu dibentuk untuk supaya
benar-benar dapat mengakhiri kekacauan dari hal yang benar dan salah dan Fungsi
Utama negara menurutnya adalah menyatukan standar[10].
PENGAJARAN
MENCIUS
Mencius, adalah penduduk asli negara
Tsou sekarang ini berada di bagian Selatan Shantung di Cina Timur, Mencius
mewakili sayap idealistik dari Confucius, menurutnya semua manusia mempunyai
hati yang tidak bisa ditahan (melihat penderitaan) orang lain seperti ketika
melihat anak kecil jatuh dalam sumur, manusia akan merasakan pilu dalam hatinya[11].
Tampaknya pemikiran Mencius ini memberitahu kita mengenai rasa peduli terhadap
sesame manusia, yang kita rasakan saat kita peristiwa yang menujukkan sikap
empati terhadap sesama manusia. mereka yang meninggalkan Mo Tzu, beralih ke
Yang Chu dan yang meninggalkan Yang Chu beralih ke Confusianisme.
Gagasan-gagasan Mencius setara dengan gagasan Plato dari Segi Sejarah maupun
isinya. Mencius merupakan Pribadi yang sangat menarik dan Canggih mempunyai
kelebihan dan kekurangan dan ia tidak berpandangan sempit, ia belajar pada
cantrik Cucu Confucius, Tzu-ssu tampaknya ia bersikap sama demokratisnya dengan
Confucius dalam hal menerima murid dari kalangan rendah. Agaknya tujuan utama
Mencius ialah membuat muridnya mendapat jabatan sebagai menteri utama suatu
negara sehingga dapat menerapkan prinsip yang diajarkannya. Perbedaan Mencius
dan Confucius dalam bunga rampai masing-masing dijelaskan bahwa Confucius
bebearapa kali terus terang mengungkapkan kesalahnnya, tetapi Mencius tidak.
Mencius berpendapat bahwa adalah jauh dibawah martabat seorang sarjana seperti
dia bila ia dipanggil menghadap penguasa tetapi ia menggarisbawahi pentingnya
menyenangkan hati keluarga penguasa yang turun-temurun. Dia menaruh minat pada
hirarki Feodalisme. Dari pokok program politik Mencius sangat sederhana yaitu
bahwa kebajikan membawa keberhasilan dan dia juga menjadi filsuf yang
menitikberatkan ekonomi. Mencius berpendapat segenap manusia dilahirkan dengan
jenis kodrat manusiawi yang sama bahwa Kodrat manusia adalah baik. Sejauh ini
hanya sedikit dari filsafat Mencius mengenai kodrat manusia dan dalam
psikologisnya yang tidak selaras dengan Confucius[12].
TAOISME DAN
NEO-TAOISME
Taoisme dalam
perkembangannya dapat kita bagi menjadi tiga masa waktu yang berbeda dengan
perkembangan gagasan yang sama bahkan berbeda dalam setiap gagasan-gagasan.
Gagasan yang pertama datang dari Yang Chu Buku Mencius mengataka bahwa prinsip Yang Chu Setiap orang mengurus
dirinya sendiri, walaupun ia bisa menguntungkan seluruh dunia dengan sehelai
rambutnya, niscaya ia tidak akan melakukannya. Filsafat Taoisme bertujuan untuk
menyelamatkan hidup dan menghindarkan hal-hal yang merugikan[13].
Fase kedua Taoisme adalah Lao Tzu yang
artinya “Tuan Tua”, ia merupakan seorang penduduk asli negara Ch’u yang
sekarang berada di sebelah selatan Provinsi Honan. Lao Tzu mempunyai pemikiran
mengenaisesuatu yang tidak bisa diberi nama. Misalnya, Universalia, terletak
diluar ruang dan bangun, namun bukannya tidak bisa diberi nama. Namun di sisi
lain tentulah yang tidak dapat diberi nama itu sebagian besar terletak diluar
ruang dan bangun. Tao atau jalan yang dianut oleh pengikut Taoisme adalah
konsep semacam ini. Yang tidak bisa diberi nama merupakan permulan langit dan
bumi, Taoisme berpendapat bahwa karena adanya sesuatu, maka seharusnya ada
sesuatu yang dengannya sesuatu itu menjadi ada[14].
Fase Taoisme yang terakhir adalah Chuangzhu. Dalam gagasannya mengenai
kebahagiaan relatif dapat dikatakan bahwa terdapat berbagai tingkatan dalam
mencapai kebahagiaan, Perkembangan bebas dari kodrat kita bisa mengarahkan kita
kepada jenis kebahagiaan relative, kebahagiaan mutlak dapat dicapai lewat
pemahaman yang mendalam terhadap kodrat dari segala sesuatu. Ia menentang
pemerintahan Formal, yang baik adalah bukan melalui pemerintahan[15].Selanjutnya
muncul Neo-Taoisme Kuo Hsiang memberikan sebuah penjelasa teoretis tentang
manusia yang memiliki pikiran atau jiwa yang melampaui perbedaan segala
sesuatu, sekaligus merupakan orang yang menjalankan hidup berdasarkan diri
sendiri, bukan berdasar orang lain. Kualitas manusia yang seperti imi dikenal
di Cina sebagai Feng Liu, dalam Neo-Taoisme dapat dikatakan sebagai masa
Filsafat kaum penganut sentimentalisme[16].
HSUN TZU
Hsun Tzu Seorang penjabat dan sangat
dihormati sebagai sarjana yang termahsyur. Pengaruhnya terhadap bentuk yang
pada akhirnya menjadi milik Confusianisme luar biasa besarnya dan menjadi
“pemberi bentuk Confusianisme kuno” Filsuf yang cemerlang tetapi ia tidak
percaya akan kemanusiaan. Ia juga menjadi filsuf yang membahas mengenai Teori
bahasa, mengajukan beberapa pertanyaan mengenai bahasa, dan mencoba untuk
menjawabnya. Hsun Tzu menerangkan sejelas-jelasnya bahwa ia tidak percaya bahwa
nama-nama yang diberikan kepada sesuatu ditetapkan secara ilahi, nama tidak
secara batiniah disesuaikan dengan hal yang diwakilinya. Hsun Tzu menggunakan
prinsip yang ia tetapkan mengenai bahasa untuk menganalisa serta menghancurkan
proposisi-proposisi yang rancu dalam filsafat saingannya. Pernyataan paling
mahsyur adalah bahwa kodrat manusia adalah buruk, yang ia lawankan dengan
pendirian Mencius bahwa kodrat manusia adalah buruk, yang ia lawamankan dengan
pendirian Mencius bahwa kodrat manusia adalah buruk, yang lawankan pendirian
Mencius bahwa kodrat manusia adalah baik, ia melihat kejujuran moral sangat
menarik dari rakyat jelata Cina dan berkesimpulan bahwa segenap rakyat Cina
tidak jujur. Manusia bukan hanya buruk menurut kodratnya pada waktu dilahirkan,
melainkan segenap manusia juga dilahirkan sama, dan diam-diam dia mengakui
bahwa manusia bijaksana dalam kenyatannya menjadi baik oleh upaya mereka
sendiri tanpa bantuan guru. Hsun Tzu hidup pada suatu masa yang banyak
kesamaannya dengan masa hidup kita sendiri, yang ciri-ciri khasnya berupa
kerusakan moral, peperangan yang sering terjadi, dan perasaan bahwa maut sudah diambang pintu. Ia
mengesampingkan gagasan mengenai Tuhan karena menurutnya Tuhan sekedar tatanan
Alam. Hsun Tzu memandang pembagian kedalam kelas-kelas bukan terutama sebagai
pembagian kelas yang didasarkan atas keturunan, dan gagasan mengenai pemerintah
hakikatnya sama dengan gagasan Confucius, meskipun menpunyai pengetahuan
mengenai Taoisme namun ia tidak terpengaruh olehnya[17].
FILSAFAT
LEGALISME
Filsafat Legalisme merupakan filsafat
yang memerhatikan keadaan karena rakyat kadang-kadang tidak patuh, filsafat
kontrarevolusi yang berupaya mempertahankan kekuasan sah penguasa terhadap
tuntutan yang semakin keras yang penguasa, dan pemerintah mana pun yang tidak dapat memuaskan rakyat
harus dikutuk. Penganut Legalisme menganjurkan pemerintah terpusat yang kuat
yang harus menjalankan kekuasaan mutlak disertai ancaman hukuman berat. Mereka
dikatakan sebagai Pembaharu mereka berupaya mencegah keluarga besar, yang
merupakan lembaga yang sudah berusia berabad-abad. Meskipun Legalisme
merendahkan Confusianisme, tetapi mereka mempunyai kesamaan yaitu sama
menyesali mengenai keruntuhan susunan yang kacau kalau pada masa-masa itu, dan
menghormati nama baik Confucius. Hsun Tzu merupakan semacam penghubung antara
Confusianisme dengan Legalisme, namun ajarannya bahwa kodrat manusia itu buruk
dan ototerisme yang dianutnya cenderung Legalisme. Pandangan Legalisme terhadap
kodrat manusia berbeda dengan pandangan Confusianisme. Penganut Legalisme
mempunyai landasan yang paling kokh dalam penegasannya mengenai perlunya cara
penyelengaraan pemerintahan, yaitu Shu, bagi perilaku pemerintah. Wawasan
mengenai hukum yang dianut oleh Legalisme sangat lebih mirip dengan wawasan
barat dibanding yang dianut Confusianisme, namun tujuannya sangat berbeda dari
apa yang kita pandang secara umum sebagai tujuan hukum[18].
EKLETISME DALAM
DINASTI HAN
Sifat kekolotan Confusianisme, dan
kedudukannya di Cina selama duaribu tahun terakhir dipengaruhi secara mendalam
oleh apa yang dinamakan kejayaannya pada masa dinasti Han. Menghadapi suatu
pemerintahan yang secara teori dalam batas-batas tertentu sesuai dengan
gagasan-gagasan Confusius mengenai bagaimana seharusnya suatu pemerintahan yang
secara teori dalam batas-batas tertentu sesuai dengan gagasan Confucius
mengenai bagaimana seharusnya suatu pemerintahan yang diselenggarakan untuk
rakyat, oleh para menteri yang dipilih oleh penguasa, yang menyerahkan
kekuasaan penyelenggaraan pemerintah ke tangan mereka. Pada masa berkuasanya
Dinasti Han, Confucianisme pada pokoknya merupakan ajaran yang dianut kaum
ningrat serta orang baik-baik pemilik tanah kaya. Pemikiran yang legalistic
sama sekali belum mati. Meskipun para penganut Confusianisme mempunyai
keyakinan yang kuat bahwa mereka seharusnya memegang jabatan utama dalam
pemerintahan, namun mereka terlampau disibukkan oleh persoalan yang menyangkut adat kepercayaan , metafisika
serta kepustakaan, untuk mengahadapi masalah duniawi yang menyangkut
penyelengaraan rumah tangga kemaharajaan. Adalah suatu yang wajar bahwa manusia
ingin melakukan suatu yang mudah. Sikap elektik yang dipunyai para penganut
Confusianisme tidak sedikit dan sulit untuk menemukan Confusianisme yang murni
pada dinasti Han. Pada masa berkuasanya dinasti Han bahkan kita dapati
bangsawan yang berkedudukan sangat tinggi menjatuhkan hukuman atas penganiyaan
budak, dan keadaan ini memsutahilkan keraguan bahwa untuk sebagian besar hal
ini merupakan hasil penerapan kemanusiaan Confusianisme. Kemenangan Legalisme
ialah karena penyelenggaraan pemerintahan negara dalam kenyataannya bersifat
Legalsitik. Gagasan yang secara khas dipunyai oleh masing-masing filsafat utama
dapat dikatakan meraih suatu kemampuan tertentu. Apa yang disebut Confusianisme
pada masa Dinasti Han sebagian besar sesungguhnya adalah Taoisme. Dan
Confusianisme mengalami banyak perubahan pada masa ini, berpendapat bahwa tidak
mubgkin mengingkari kegelisahan dunia, untuk sebagian karena sebagian terbesar
diantara mereka hidup msikin dan ambil bagian dalam kegelisahan itu[19].
BUDDHISME
Masuknya
Buddhisme di Cina telah menjadi salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah
Cina, sejak kedatangannya, Buddhisme telah menjadi faktor utama dalam Peradaban
Cina, khususnya yang memberikan pengaruh terhadap agama, filsafat, seni, dan
kepustakaan. Walaupun banyak mazhab dalam Buddhisme, secara umum mereka yakin
dan percaya bahwa dalam dunia ini konsep “Karma”, semua fenomena yang terjadi
pada semesta makhluk individu merupakan manifestasi dari jiwanya, akibatnya itu
merupakan balasan karma. Karma sendiri dapat dikatakan sebagai sebab dan
balasannya dari akibat yang keberadaan seorang Individu disusun dari rangkaian
sebab dan akibat[20].
Sekitar awal Tarikh Masehi, Buddhisme
tersebar ke Cina dan India, hal ini mempunyai arti yang jauh melebihi
kedatangan suatu agama begitu saja. Kita mungkin mengira bahwa tujuannya ialah
agar seseorang terlahir kembali seseorang menduduki kasta tertinggi atau dewa
para penganut Buddhisme menyebutnya Nirwana dan dapat ditafsirkan dengan
berbafai cara, namun pada hakikatnya tujuan itu ialah suatu keadaan yang
didalamnya seseorang tidak lahir kembali. Buddhisme timbul dikarenakan
latarbelakang dari Hinduisme, nama keluarga yang sering dipakai untuk menyebut
Buddha ialah Gautama. Dalam alam pikiran Cina biasanya Taoisme dan Buddhisme
saling berhubungan dan banyak istilah dipakai dalam terjemahan kitab-kitab, ada
banyak hal dalam Buddhisme secara cepat dan tak terduga sebelumnya dan tidak
sesuai dengan selera bangsa Cina, Buddhisme di Cina tidak hanya menawarkan
kelepasan dan kelahiran kembali kepada orang yang baik dan tawakal, melainkan
juga memberikan gambaran yang jelas mengenai siksaan yang akan dialami orang
jahat didalam neraka banyak jumlahnya dalam Buddhisme, Buddhisme mempunyai daya
tarik bagi akal, hati dan mata dengan pemandangan mata yaitu dengan pagodanya,
suatu kekeliruan bahwa Buddhisme Cina merupakan manusia dungu yang senantiasa
berbicara mengenai sihir dan takhayul murahan. Meskipun berhasil luar biasa di
Cina tetapi senantiasa mengesampingkan banyak keanggunan Mahayana dan menjadi
menyerupai Taoisme dini[21].
NEO-CONFUSIANISME
Neo-Confucianisme, dapat dibagi menjadi
beberapa fase dalam perkembangannya, yang pertama adalah Kosmologi melalui
transformasi yang, penyatuan Yin, air, api, kayu, logam, an tanah dapat
dihasilkan unsur itu didifusikan kedalam aturan yang harmonis dengan empat
musim yang berproses . Yin dan Yang merupakan lembaga tertinggi dan tunggal,
inti tertinggi secara fundamental masing-masing memiliki partikular sendiri.
Neo- Confucianisme akhirnya terbagi menjadi dua mazhab deikenal sebagai Mazhab
Hukum atau Prinsip, dan Mazhab Jiwa Universal[22].
Neo-Confusianisme tidak mengupayakan
keabadian hidup atau takut akan kematian, bagi mereka kematian adalah peristiwa
yang wajar bila maut tiba, pada akhir suatu kehidupan yang panjang dan
bermakna, mereka menyadari bahwa sudah waktunya untuk
beristirahat.Neo-Confusianisme diserang menyimak bahwa sebagian besar orang
yang hidup semasa dengannya, yang mendalam pengetahuannya tentang
Neo-Confusianisme hanya sedikit mengambil tindakan menentang keburukan yang
merusak moral dan menindas rakyat. Para penganut Confusianisme memandang rendah
tentara , tetapi Yen Yuan memandang mulia tentara, didalam Confusianisme suatu
tolak ukur baru mengenai kewibawaan menetap dimasuk-masukan atau asas semesta.
Tai Chen boleh dikatakan istimewa gagasannya tidak dipahami dengan baik, bahkan
juga pada masa hidupnya. Sumbangan yang diberikan sebagian anggota mazhab
menyerah kepada gidaan dalam penelahaan, sehingga sumbangan para pakar
kejuruan, yang mengetahui “semakin banyak mengenai sesuatu semakin sedikit”[23].
PENGARUH DUNIA
BARAT
Rahasia kekuatan bangsa barat yang
sebenarnya terutama terletak pada sikap
setia kawan antara pemerintah dengan rakyatnya, bangsa Cina semakin lama
semakin menyadari bahwa mereka tidak dapat bertahan dengan pemikiran
tradisionalnya, dan untuk mengusir bangsa asing juga maka mereka harus mau
tidak mau menjadi bangsa yang di-barat-kan. Demokrasi barat dikumandangkan di
Cina oleh sejumlah misionaris Kristen , suatu perkumpulan Revolusioner yang
dipimpin oleh Sun Yat sen pada 1905 menetapkan sebagai tujuannya “kebebasan,
kesamaan, dan persaudaraan”, Confusianisme tetap mempunyai pengaruh terhadap
setiap orang Cina tetapi para pemikir Cina sepakat bahwa filsafat barat
merupakan filsafat masa depan, dan Confusianisme dipandang sebagai filsafat
masa lampau. Dalam keadaan menguntungkan Cina berkembang menjadi suatu bangsa
yang memiliki banyak cirri khas demokrasi barat. Marxisme dan Komunisme tumbuh
dengan dipimpin para pekerja, dan pata petani yang bergairah mendukung
komunisme, kaum komunis berjanji akan akan menghapuskan pemerintahan imperialis
dari permukaan bumi, dan kenyataan lain bahwa di Cina terdapat kekecewaan
terhadap Demokrasi. Telah terjadi dengan bukti-bukti menunjukkan bahwa dengan
berbagai cara khusus telah terjadi perubahan yang tidak dapat dikesampingkan
sebagai perubahan dangkal. Akan tetapi dapat dipastikan bahwa semakin lama
banyak unsur tradisi Cina yang dikatakan feodal dan reaksioner secara berangsur
akan mendapatkan tempat penghormatannya kembali. Dan tidak menutup kemungkinan
Confucius mungkin akan diagungkan sebagai pelopor yang mendahului Marx, Lenin,
Stalin, Mao Zedong, seorang pahlawan Cina baru[24].
FILSAFAT CINA
MODERN (FUNG YU LAN)
Setelah
tadi sudah dibahas mengenai Filsafat Cina Klasik, agar tulisan ini menjadi
lebih baik lagi dalam menceritakan Sejarah Filsafat Cina, saya akan menjelaskan
mengenai Fisafat Cina Kontemporer/ modern. Fungsi sejarah Filsafat sendiri
menurut Fung Yu Lan untik menceritakan kepada kita apakah kata-kata daru filsuf
di masa lampau benar-benar berarti bagi mereka sendiri, dan bukan menceritakan
apa seharusnya yang menurut kita sendiri. Filosofis pada masa Prang
Tiongkok-Jepang cenderung filosofis idealistik atau bisa dikatakan Lu-Wang dan
di kampus lain mengarah pada analisis
logic dengan kecenderungan Realistik yang platonic atau Ch’eng Chu. Berpikir
Filosofis atau berpikir Metafisis, bermula dengan pengalaman bahwa sesuatu itu
ada, sesuatu itu berupa sensasi, emosi, atau sesuatu yang lain. Watak Filsafat
tidak bisauntuk menambah pengetahuan kita yang berkenaan dengan hal-hal yang
nyata, tetapi Filsafat sangat dibutuhkan dalam proses peningkatan kualitas jiwa
kita. , oleh karena sifatnya yang reflektif, pada akhirnya filsafat harus juga
memikirkan “sesuatu” yang secara logis tidak dapat dijadikan sebagai objek pikiran.
Hal yang secara logis tidak dapat dimengerti, melampaui batas pengalaman, hal
yang tidak dapat dipikirkan dan dimengerti, melampaui batas intelektual. Dari
empat lingkungan dapat diklasifikasikan bahwa dua lingkungan merupakan adalah
pemberian alam, dan dua lingkungan berikutnya ciptaan jiwa. Lingkungan
kehidupan yang belum tersentuh keburukan adalah tingkat yang terendah, kemudian
lingkungan yang berdasarkan faktor manfaat di posisi kedua, dan lingkungan yang
mencapai posisi lebih tinggi dan paling tinggi hal itu tercipta bahwa tingkat
pertama tidak memerlukan pemahaman dan kesadaran, tingkat kedua dan ketiga
lebih memerlukan pemahaman dan kesadaran , dan lingkungan keempat memerlukan
pemahaman dan kesadaran paling banyak. Lngkungan kehidupan berdasarkan faktor
moral merupakan lingkungan nilai moral, dan yang melebihi itu disebut
supermoral yang dalam filsafat Cina menempatkan diri filsafat Cina ke
lingkungan keempat. Dan metodolofi Metafisika yang dikembangkan oleh Fung Yu
Lan terdiri dari dua metode yaitu positif dan negatif. Metode positif memilkik
esensi membicarakan tentang objek metafisika yang diselidiki, dan Metode
Negatif justru tidak berbicara tentang itu. Metode negatif akan menjelaskan
aspek-aspek yang tidak dapat digambarkan dan dianalisis secara Positif[25].
[1]
Filsafat Ilmu : Sebuah pengantar populer Halaman 20-32
[2]
Refleksi tentang Sejarah Halaman 1-12
[3]
Sejarah Filsafat Cina Halaman 1-18
[4]
Chinnese Beliefs Halaman 1-7
[5]
Alam Pikiran Cina Halaman 1-10
[6]
Chinnese Beliefs Halaman 14
[7]
Ibid Halaman 27-48
[8]
Sejarah Filsafat Cina Halaman 59-61
[9]
Alam Pikiran Cina Halaman 49-72
[10]
Sejarah Filsafat Cina Halaman 74-76
[11]
Ibid Halaman 87-89
[12]
Alam Pikiran Cina Halaman 73-98
[13]
Sejarah Filsafat Cina Halaman 77-79
[14]
Ibid halaman 119-120
[15]
Ibid halaman 134-136
[16]
Ibid Halaman 301
[17]
Alam Pikiran Cina Halaman 123-144
[18]
Ibid halaman 145-170
[19]
Ibid Halaman 171-198
[20]
Sejarah Filsafat Cina Halaman 315-318
[21]
Alan Pikiran Cina Halaman 199-216
[22]
Sejarah Filsafat Cina Halaman 351 & 366
[23]
Alam Pikiran Cina Halaman 217-248
[24]
Ibid 249-272
[25]
Sejarah Filsafat Cina Halaman 429-440
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oke sekian Filsafat Cina kali Ini *loh*
Sekian posting gue kali ini maksudnya hehe :D
" KARENA BERBAGI ITU INDAH* "
NB : *Iyasih Indah, tapi jangan lupa cantumkan sumbernya... :p
Terimakasih and BHAY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar :)
-Kritik dan Saran membangun saya-