RANGKAIAN TRAINNING FOR EDUCATION
REFORMERS
EDUCATION WATCH “GARDA 7” TAHUN
2015
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
BEM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
(Sebuah catatan
perjalanan Para Pembelajar dan Pejuang Pendidikan yang Mendidik dan Menata
Peradaban menuju Eduwa Muda Garda 7
Mahasiswa adalah
tahap baru bagi saya dalam menatap masa pendidikan, disinilah mahasiswa
dikatakan sebagai “Agen Perubahan”, masih terngiang dalam benak bangsa mengenai
peristiwa Reformasi 1998 para mahasiswa yang dahulu belum ada media sosial
dalam melakukan “Jarkom” dapat berkumpul bersama “Mengepung Ibukota” untuk
menurunkan Presiden saat itu (Soeharto-red) dan akhirnya bangsa Indonesia
mencapai istilah “REFORMASI DEMOKRASI”. Bahkan ada sebuah kalimat : “ Mahasiswa
takut sama dosen, dosen takut sama Rektor, Rektor takut sama Menteri, Menteri
takut sama Presiden, akan tetapi?, Presiden takut dengan MAHASISWA” saking
mahasiswa itu punya fungsi pengawasan dan pengawalan terhadap kebijakan
pemerintah, dan dengan saat ini media sosial yang sudah ada “Jarkom Informasi
pun lebih mudah dan cepat”. Dewasa ini banyak mahasiswa yang melakukan demo
membela rakyat Indonesia, maka tak salah bila pekikan “khas” Mahasiswa : “Hidup
Mahasiswa!, Hidup Rakyat Indonesia!” dan biasanya mahasiswa baru sangat
semangat dalam melakukan aksi seperti itu (melihat pengalaman teman kelas
saya). Hmm bagaimana dengan saya? Sampai saat ini saya belum pernah ikut aksi
(hehe). TAPI hari ini saya bukan membicarakan hal itu, itu hanya prolog saja
:p. Setelah masuk beberapa hari di kampus ini berbicaralah saya dengan teman
saya dan bercerita bahwa dikampus ini ada sebuah lembaga “Underbow” dari Depdik
yang saat itu saya tidak mengetahui namanya (hehe), dan setelah itu hati ini
pun pengen untuk berkecimpung disana, seiring berjalannya waktu saya hamper
lupa akan keinginan dan ketidaktahuan saya mengenai hal yang lumayan saya sukai
saat ini, Yups “All About Education”, Kenapa?. Simple jawabannya saya suka
pendidikan dan saya mau jadi guru :p (cita-cita yang seiring bertumbuh dari
SMP/SMA, dan diidamkan dan didoakan orangtua saya dari SD agar saya jadi Guru)
*maaf curahan hati colongan niihh wkwkwk*.
Dan tibalah saat
di handphone bordering, dan ada jarkoman di grup Whatsapp angkatan jurusan
saya, bahwa akan diadakan acara TER 2015 yang dilakukan Eduwa daaannn bisa
ditebaak akhirnya saya mengetahui bahwa Underbow yang saya tidak ketahui
namanya itu bernama “Education Watch a.k.a EDUWA”, dan disana diarahkan untuk
mengikutinya untuk melakukan SMS kepada nomor yang sudah tertera di jarkoman,
dan bisa ditebak saya langsung SMS, dan diberitahukanlah bahwa akan diadakan
temu perdana para peserta TER. Di temu perdana ini kita melakukan perkenalan
dengan sesame peserta dan antar panitia sebelumnya diberitahukan bahwa temu
perdana akan dilaksanakan jam 15.00, akan tetapi saat saya baru keluar jam
17.00 dan menuju Teater Terbuka disana belum dimulai yang “Konon katanya”
nungguin yang belum datang (termasuk saya doong) *Haseeek, akhirnya ada yang
nungguin, duh maaf curcol lagi XD*. Kita disambut sangat hangat dan ramah oleh
para kakak-kakak Eduwa dan tak lupa da “Cemilan” yang menemai temu perdana kali
ini *tetep yaaa wkwk*. Disanapun setelah kita perkenalan langsung disuruh
mengambil kertas dan pulpen untuk menuliskan mengenai “Pendidikan” dan kita pun
melakukan diskusi mengenai tulisan kita, banyak hal yang saya baru tahu, dan
kembali membuka cakrawala ilmu kami. Didalam temu perdana ini kita ditekankan
untuk melakukan budaya literasi, dan sering menulis dengan menulis kita dapat
menuangkan segala sesuatu yang ada didalam pikiran kita, dengan tulisan kita
akan selalu dikenang akan tulisan kita, dan dengan tulisan juga menurut riset
orang yang menulis catatan pelajarannya dengan menulis saat ujian akan
mendapatkan nilai yang lebih bagus karena dengan tulisan kita dapat merekamnya
kembali dalam otak kita, daripada hanya mengetik, bahkan hanya menghafal saja,
banyak sekali ternyata manfaat menulis itu sendiri. Yang mendaftar Eduwa cukup
banyak (menurut data), akan tetapi terus terjadilah seleksi alam dan yang
datang pun yang pasti sudah diniatkan dalam dirinya
Pada hari
Minggunya diadakan acara taman pembelajar yang diadakan di Museum Kebangkitan
Nasional, Jakarta tapi diacara ini saya tidak ikut, dikarenakan itu hari Minggu
dan lagi ada tugas.. Hmm tapi saya akan mencoba mengutip hasil kunjungan museum
yang dibagikan di Facebok Eduwa UNJ. Seperti ini kutipannya :
“Edutip - Museum
Kebangkitan Nasional Dalam rangkaian acara TER, education watch melaksanakan
agenda rangkaian TER, taman pembelajar. Kali ini asik nih agenda taman
pembelajar nya yaitu jalan-jalan, Edutrip (as we call it). Kemana jalan-jalan
nya? Kali ini ke museum kebangkitan nasional, daerah Senen. Kalau kata anak
sejarah nih, "Jangan pernah melupakan sejarah." maka dari itu, di
museum lah tempat kita mengenang dan mengambil banyak pelajaran dari sejarah
itu sendiri. Trus katanya dengan sejarah orang juga bisa jadi lebih bijak. Anak
eduwa pada pengen bijak kali yaa? Di depan museum langsung disuguhkan dengan
foto-foto orang keren jaman dulu. Ada para pendiri Boedi Oetomo, presiden dan
wakil presiden pertama pas masih muda dan lainnya. Museum nya sepi tapi nyaman
euuy.. Nah kali ini kita mau jelasin nih. Asal usul museum kebangkitan. Ini
awalnya sekolah kedokteran looh. Ini bermula saat Belanda cukup ironi melihat
pribumi yang terjangkit cacar akut. Sehingga terpaksa deh belanda membuat
sekolah untuk para pribumi. Ini juga didasari oleh politik etis. Ehh alih-alih
mau mau belajsr kedokteran malah terlahir organisasi-organisasi pergerakan
disana. Kemudian guide kita, Laela Sitinur lela memberikan
pertanyaan.."Mengapa dari sekolah kedokteran malah melahirkan kebangkitan
nasional?" Wayooo bingung kan? Samaaa..Kemudian para pembelajar ini
berjalan-jalan mengelilingi museun dengan semangat dan canda tawa. Memang beginilah
seharusnya belajar. Enjoy tapi bermakna. Kemudian banyak hal-hal baru yang kita
dapati di museum tersebut. Baik ilmu maupun keluarga baru. Sampai jumpa
dipertemuan semangat lainnya”
Lalu,
pada hari Sabtu diadakanlah yang namanya menonton bersama dan pada jam 10 film
pun diputar dan menonton film kali ini diadakan di Gedung Lantai 1 alias
Sekretariat BEM UNJ hehe, kali itu kita diawali kembali dengan perkenalan
karena ada wajah-wajah baru disana, lalu diputarkanlah sebuah film pengalaman
mengajar guru didaerah yang dilakukan didaerah cukup terisolir yaitu sekolah
kapal yang berada diatas sungai. Sinopsisnya menurut
http://wongkentir.blogdetik.com/2014/11/21/movie-review-the-teachers-diary/ :
adalah
“The Teachers
Diary adalah sebuah film Thailand yang rilis pada tahun 2014. Dalam Bahasa
Thailand, film ini berjudul Khid Thueng Withaya. Film yang disutradari oleh
Nithiwat Tharatorn ini adalah produksi dari GTH (Gmm Tai Hub Co., Ltd), salah
satu rumah produksi papan atas di Negeri Gajah Putih yang sudah menghasilkan
cukup banyak film berkualitas, seperti Bangkok Traffic (Love) Story, Hello
Stranger dan Suckseed.
Meskipun tulisan
ini berjudul movie review, tetapi jangan berharap aku akan menuliskan tentang
sinopsis film. Mungkin ada sedikit yang sifatnya spoiler, tapi tidak akan
mengganggu kenikmatan seseorang yang belum menontonnya.
Dari
pengamatanku, ada dua tema besar yang ingin diangkat di film The Teachers Diary
ini. Yang pertama adalah tentang sosok guru. Pada film ini ditunjukkan
bagaimana seharusnya peran seorang guru yang sesungguhnya, yaitu sebagai
seorang pendidik, bukan sekedar pengajar.
Seperti yang
kita ketahui selama ini, banyak yang menganggap tugas seorang guru hanyalah
mengajar di dalam kelas sesuai dengan jam pelajaran yang telah ditentukan oleh
pihak sekolah. Guru dianggap sudah memenuhi kewajiban ketika dia secara
professional sudah menjalankan tugasnya mengajar. Perkara bagaimana para
siswanya memahami materi yang diajarkan, itu urusan lain. Jika seorang murid
mendapatkan nilai yang tidak memuaskan, guru menjadi pihak yang tidak bisa
disalahkan. Apalagi jika di sisi yang lain ada murid yang mendapatkan nilai
yang sangat baik. Dengan jumlah materi yang diterima sama dan jumlah jam
pelajaran yang diikuti juga sama, maka faktor utama yang menyebabkan kegagalan
si murid, ya mutlak si murid itu sendiri.
Namun di film
ini, aku diberikan sebuah gambaran yang berbeda tentang peran seorang guru yang
bukan hanya sebagai pengajar, tetapi pendidik. Pendidik mempunyai makna yang
luas, karena dia bertanggung jawab penuh pada muridnya. Jika ada murid yang
mendapatkan nilai kurang, sedangkan di sisi lain ada murid lain yang
mendapatkan nilai baik, bukan berarti guru tersebut terbebas dari kesalahan dan
menimpakan semua kegagalan kepada si murid yang nilainya kurang. Guru tersebut
juga patut disalahkan dan harus melakukan evaluasi terhadap metodenya dalam
mendidik murid karena setiap manusia memiliki tingkat pemahaman dan kecerdasan
yang berbeda-beda.
Tema kedua yang
ingin diangkat adalah, ya tentu saja, karena film ini ber-genre komedi romantis
ya apalagi kalau bukan cinta. Tapi cinta disini bukan cinta yang biasa. Pada 20
menit awal, adegan demi adegan film ini langsung mengingatkanku pada film The
Lake House (2006) yang dibintangi oleh Keanu Reeves dan Sandra Bullock, tentang
kisah cinta yang terjalin pada dimensi waktu yang berbeda. Tetapi semakin lama,
jalan ceritanya makin berbeda. Dan pada akhirnya kisah The Teachers Diary ini
lebih logis, lebih realistis dan lebih brilian daripada kisah The Lake House.
Selain dua tema
besar, ada lagi satu hal yang ingin disampaikan film ini kepada penontonnya,
yaitu perlunya sebuah visi dalam menatap kehidupan yang bahkan sudah harus
ditanamkan sejak di usia anak-anak. Bagi anak-anak, visi itu bernama cita-cita.
Karena cita-cita itulah, terciptalah motivasi yang akan menuntun langkah
anak-anak itu untuk menggapai cita-citanya. Untuk itulah, maka seorang anak
harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Jika cita-citanya dari awal sudah sangat
sederhana, maka akan sulit membuat mereka termotivasi untuk belajar.
Secara
keseluruhan, aku memberi nilai 9.5 dari nilai maksimal 10 untuk film ini.
Beberapa hal yang membuatku memberikan nilai yang cukup tinggi, selain karena
jalan ceritanya yang menarik, adalah banyaknya adegan kejutan di film ini.
Ketika aku merasa bahwa aku akan dibawa menuju adegan B, ternyata sutradara
membawaku ke adegan C. Tatkala, aku berpikir bahwa semuanya sudah akan
berakhir, eh ternyata ada konflik baru yang dibuat. Tapi justru penyelesaian
konflik di akhir itulah yang membuatku makin kagum dengan jalan cerita di film
ini. Luar biasa.
Hal lainnya
adalah sangat sedikitnya “penampilan” gadget disini, sehingga film ini terasa
klasik. Meskipun bersetting antara tahun 2011 - 2013 dimana dunia sudah
dikelilingi dan “dikuasai” oleh aneka gadget super canggih, film ini mampu
membuat gadget tidak berkutik dengan setting yang dibuat di daerah yang
terpencil dan sulit sinyal. Lebih terasa klasik lagi ketika akhirnya para
pemeran di film ini menggunakan diary (buku harian) dan surat sebagai solusi
media komunikasi mereka karena ketiadaan sinyal itu.
Dan yang
terakhir, tentu saja akting yang cukup mengesankan dari kedua pemeran utama
film, yaitu Laila Boonyasak a.k.a Chermarn Boonyasak dan Sukrit Wisetkaew. Ini
adalah film pertama Sukrit Wisetkaew yang aku tonton. Tetapi untuk Chermarn
Boonyasak, ini adalah film yang kedua yang kutonton setelah 30+ Single On Sale.
Akting Ploy, nama panggilan Chermarn Boonyasak, di The Teachers Diary sangat
jauh-jauh lebih bagus dibandingkan aktingnya di 30+ Single On Sale.
Di negeri
asalnya sendiri, Thailand, film ini mendapatkan sambutan yang sangat bagus,
baik dari sisi penjualan maupun kualitas. Dari data Box Office thailand, film
ini menjadi jawara film terlaris di Thailand selama minggu ke 12 dan 13 tahun
2014, tepatnya selama tanggal 20 - 30 Maret 2014. Sedangkan salah satu bukti
pengakuan kualitas film ini adalah ditunjuknya film The Teachers Diary untuk
mewakili Thailand di ajang Academy Awards ke 87 untuk kategori Best Foreign Language
Film. Dalam situs imdb, film Teachers Diary jugai memiliki rating tertinggi
diantara film-film Thailand terlaris dengan skor 7.9.
Hmm, sebuah film
yang memang luar biasa. Salah satu film drama romantis terbaik yang pernah ku
tonton sepanjang hidupku. Film The Teachers Diary ini menjadi film keenam dalam
daftarku setelah Kuch Kuch Hota Hai (1997), Ada Apa Dengan Cinta (2002), A Walk
To Remember (2002), My Sassy Girl (2001) dan Bangkok Traffic (Love) Story
(2009). Bagi yang belum menonton, aku sarankan untuk menonton.
Daan akuuu
sangaat setuju dengan review diatas…
Setelah kita
menonton kitapun melakukan diskusi banyak hal, pengetahuan, pertanyaan yang
kamu utarakan dan kami dengar setelah mendengarkan perbincangan yang
komunikatif ini hal yang menarik bagi saya adalah saat ka Ammy memaparkan “One
People Teaching, Two People Learning” dan saya sangat setuju dengan paparan itu
benar dikatakan bahwa saat guru mengajar seorang murid ternyata guru dan murid
itu juga dalam waktu itu sama-sama belajar. Murid belajar pengetahuan, dan guru
belajar mengenai sifat anak didik dan inovasi yang dilakukan sesuai dengan
perkembangan, dan lingkungan peserta didik. Bisa dilihat dan sangat jelas
terlihat dalam film ini dan kembali terbuka cakrawala pengetahuan kita.
Waktupun terus
bergulir, pada hari Rabu diadakanlah juga yang namanya “Kunjungan Tokoh” dan
saat itu juga saya tidak bisa datang dikarenakan libur, dan saya akan mengutip
hasil press realese yang diposting dalam twitter pada saat kunjungan tokoh :
· Peserta TER lagi #KunjunganTokoh with
mas @bukik dalam rangkaian TER
2015. ^^
· Tabula Rasa : anak itu tergantung
pihak di luar dirinya akan mengukir bagaimana. Jadi apakah anak adalah kertas
kosong?
· Pemantik dari mas @bukik "apa
yang temen2 cari dg jauh2 datang kemari?
· Karena hakikatnya ilmu itu didatangi,
bukan mendatangkan. Itu yang membuat peserta TER datang ke lokasi
#KunjunganTokoh ^-^
Sehabis ngobrol
sama kawan2 @Eduwa_UNJ ttg pendidikan yg menumbuhkan. #AnakBukanKertasKosong.
Mas @bukik "Siklus gemar belajar akan trbentuk dr rasa ingin tahu,
ksempatan blajar, pngalaman seru, kemudian kebermaknaan, Menumbuhkan adalah
dengan cara memantik potensi dan minat, Menanamkan adalah asumsi bahwa anak
adalah kertas kosong, Mendidik anak itu ada yang dengan menumbuhkan, ada juga
yang menanamkan, Jangan bayangkan sekolah itu akan menyediakan semua kebutuhan
siswa. Kini, org tua harus mengisi kekosongan2 yg tdk didapat dr sekolah. Anak
bukan kertas kosong ini berlaku dalam perspektif Bio-psikologis, bukan
jiwa-spiritual, Kecerdasan yang dimaksud
adalah kemampuan utk mengolah informasi untuk menghasilkan karya atau
bermanfaat untuk diri dan skitarnya,
Anak terlahir menggenggam dua hal: kemauan utk hidup dan kecerdasan
alamiah. Penjelasan pygmallion effect by
mas @bukik bahwa paradigma yg dibawa guru ketika memasuki kelas akan
mempengaruhi prestasi murid ,"Kebaikan mengaktifkan kebaikan, Setiap anak
pasti memiliki benih kebaikan dalam dirinya. Yang mesti dilakukan adalah hanya
menceritakan kebaikan. Like a virus :)
Catatan sejarah berkata, Reward-punishment lahir sejak revolusi industri
dengan anggapan bahwa manusia bisa dikontrol. No reward,no punishment. Kira2
adakah bedanya reward-punishment dengan konsekuensi?, Behavioristik itu merendahkan
derajat manusia. Indonesia memilki KHD yang sudah mengkritik teori tsbt sejak
1920an .
Dan tibalah
waktu yang ditunggu-tunggu puncak TER yang diadakan pada tanggal, yang
sebelumnya pada Rabunya kami sudah melakukan briefing mengenai informasi saat disana
dan kembali sesi perkenalan kembali karena kembali muncul wajah baru, dan gue
merasa senang bisa punya banyak teman (hehe) tanggal 10-12 April 2015 puncak
TER yang dilakukan di Tanjungsari tepatnya di SMK Mitra Indonesia. Sekolah ini
termasuk ComDev yang cukup berhasil bekerjasama dengan lembaga masyarakat, dan
dengan ini juga merubah paradigma masyarakat bahwa Pendidikan itu merupakan
penting dan sebuah kebutuhan, wilayah Tanjungsari ini meupakan daerah yang
terletak di Ujung Timur Kabupaten Bogor dan berbatasan dengan Kabupaten
Cianjur. Dahulu KaDes di desa Pasirtanjung hanya lulusan SD saja, dan seiring
berjalannya waktu karena masyarakat sadar akan pendidikan sekarang KaDesnya
berpendidikan Sarjana Ilmu Pemerintahan, daerah ini merupakan daerah yang
tertinggal akan tetapi dengan tangan pak Oyan dengan niat, usaha, dan Doa,
Kampung inipun dapat berkembang pesat. Sekitar kurang lebih 21.00 kami
berangkat dari UNJ menuju sana dan dengan jalan yang cukup berkelok dan
naik-turun kami tiba disana pukul 23.30 dengan selamat lalu kami makan malam,
bersih-bersih, dan tidur, dihari kedua kami melakukan pembukaan, lalu ada senam
yang diarahkan oleh kak Ammy dan kak Adlinna, lalu ada games konsentrasi yang
menghibur, dan selama disana kita ditemani oleh adik-adik dari perwakilan
murid/OSIS dari SMK Mitra Indonesia, setelah itu kami menuju ruang kelas untuk
mendengar motivasi dan semangat oleh pak Oyan dan dari Forum Pemuda Bangun
Negeri diskusi kami sangat interaktif sekali dan muncullah semangat dan daya
juang untuk lebih baik lagi, dilanjutkan dengan pemberian cindermata dan foto
bersama, setelah itu kita melakukan angjasana dengan dewan guru dan Kepala
Sekolah SMK Mitra Indonesia banyak pengetahuan dan kita-kiat yang dibagikan
para guru kepada kita sang calon pendidik agar kami siap menjadi pendidik yang
di gugu dan di tiru oleh Murid kami dalam hal kebaikan. Pada malam harinya kami
pun melakukan presentasi dari hasil kerja kami terhadap “Ayo Baca” dan “Celoteh
Anak” disini kami disuguhkan dengan segudang permasalahan yang dihadapi oleh
individu murid itu sendiri. Lalu kami juga ada FGD dengan adik-adik SMK Mitra
Indonesia dan kami mengetahui mengenai perkembangan sekolah, dan perkembangan
murid-murid disini. Pada malam harinya setelah itu kami melakukan Capita Selecta
yang dihadiri oleh Eduwa Garda 1-6 menceritakan sejarah dan pengalaman para
garda untk membangun Eduwa sampai saat in. Dan disini banyak share yang kami
lakukan antar-angkatan.
Dan hari Minggu
hari terakhir puncak TER kamipun pergi untuk menelusuri dan mendaki sebuah
bukit, dan kami menelusuri aliran air terlebih dahulu dengan batuan yang cukup
banyak dan menantang tapi kami semua suka tantangan (hehe)… setelah itu kami
berjalan menaiki dan menuruni gundukan tanah yang sudah terhampar dimata dengan
jalan yang cukup terjal dan cukup dalam kebawah apabila jatuh tapi kami semua
saling tolong-menolong agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan kami
tibalah di air terjun (curug) Cibeureum yang sungguh indah mahakarya TUHAN ini.
Kami pun bermain air, mengobrol, dan tak lupa bernarsis ria *teteep yaaa*
wkwkwk… dan setelah itu kamipun dilantik dan dipanggil namanya satu-persatu dan
resmilah kami menjadi “EDUWA MUDA GARDA 7 TAHUN 2015” betapa suatu pengukuhan
yang luar biasa dilakukan di Curug Cibeureum itu dan kami dikukuhkan dan
setelah itu kami berfoto-ria kembali, dan melakukan sesi tukar kado. Dan kami
pulang dengan hati senang dan saat penutupan diberikan secara simbolis buku
sumbangan dari kami untuk SMK Mitra Indonesia yang dilakukan oleh Kak Itto dan
pak Oyan. Dan juga ada sambutan dari kak Ronny selaku ketua BEM UNJ 2015, dan
acarapun resmi ditutup lalu kami berfoto bersama #lagi hehe… dan dengan inilah
kamipun pulang menuju truk dengan berjalan kaki menaiki tanjakan yang membuat
lelah fisik ini *wkwkwk* dan kami naik tronton pulang kerumah kami dengan
perasaan puas dan senaaang…
Terimakasih
teman-teman, atau kakak-kakak yang telah membaca postingan ini, kurang lebih
mohon dimaafkan yaa hehe J
HIDUP MAHASISWA!
HIDUP RAKYAT
INDONESIA!
HIDUP PENDIDIKAN
INDONESIA!
EDUWA UNJ?
MENDIDIK MENATA
PERADABAN
SALAM
PENDIDIKAN, DAN KESEHATIAN J
NB : Maaf ya gak
ada dokumentasinya J hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar :)
-Kritik dan Saran membangun saya-